Text : Dwiyoga Nugroho
Masuk malam setelah meninggalkan senja, Adzan bersahut mengalun membahana memenuhi angkasa, anak anak yang main bola di lapangan Sulang sore tadipun sudah meninggalkan Kridanggo ( Lapangan Olah Raga milik desa Sulang ). Masjid, Mushola, Langgar mulai di datangi jamaah yang hendak Maghrib. Suasana Sulang menjemput malam.
Nafas kehidupan Sulang di malam hari mulai berhembus, lepas sholat maghrib saya memulai ‘wisata’ ini dengan berkendara sepeda Onthel milik Sulang Online menyusuri jalan sambil cari sesuatu buat makan malam. Memang sangat nyaman menikmati makan malam di Sulang, beraneka menu telah cemawis dengan harga yang sangat rasional alias tidak mahal mahal banget. Ada warung mbah Tun yang juara Nasi Opor, Yu Karpi yang ahli Nasi Rames, Yu Mur dan Mbah Suarti yang menyajikan Lontong Tahu, Yu Mulati dari Tegalsari dengan menu yang harganya nyedulur atau Yu Kir yang komplit menunya.
Tak hanya itu, di kawasan depan Pasar Sulang udah nyanggong Mie Ayam Pasar dan Warung kopi Pak Waspada. Kalau tidak sedang repot Anda bisa menyabrang jalan untuk mencicipi beraneka menu Warung Tenda di komplek Kawedanan Sulang, mulai dari Lontong Tahu, Nasi Gandul, nasi Uduk, Tempe Penyet, Sambel Terong, Lele Goreng, Ayam Goreng atau Bebek Goreng. Kalau mau anget anget dan manis, bubur kacang hijau juga bisa jadi pilihan. Pun tidak ketinggalan Bakso dan Mie Ayam yang tersebar di seluruh RW. Ada Yu Ni di Lapangan, Ganepo di depan Masjid Jami’, Deden di barat Prapatan, Yadi di Brang Lor, Mie Ayam dan Bakso asli Solo juga bisa dikunjungi, wah komplet ya.
Sepeda onthel mulai saya kayuh lagi menyusuri jalanan Sulang yang sudah hampir semuanya mulus beraspal. Dari perempatan Sulang ke selatan menuju warungnya mbak Mindik “Mirip Kamu” di sebelah BR Music Studio di Tegalsari, memesan mie rebus tanpa telur sambil ngobrol dengan langganan lainnya, energi baru dari mie rebus ‘Mirip Kamu’ mengisi tubuh saya, cukuplah buat ngayuh sepeda semalam suntuk ( One Night Suntuk kata pak Kidhal ) he he he.
Ngos ngosan juga ketika lewat perempatan yang jalannya agak nanjak, melewati pertokoan ‘Lancar’ milik Keluarga Bp Jamian-Bu Ratemi yang ramai berjubel pembeli, di seberang ada ‘Ria’ Foto Studio dan Toko milik Keluarga Mbah Fakih yang menyediakan berbagai barang kebutuhan rumah tangga.
Jangan lupa sholat Isya, dideket komplek PKL Pasar Sulang ada Mushola Nur Salam, air wudlu-nya gak perlu ngangsu he he he…..
Lalu saya nongkrong sebentar di Kantor Redaksi Sulang Online sekedar buka e-mail atau niliki Blog Sulang. Namun browsing lewat internet di MGN Elecomp harus berakhir ketika SMS di HP saya mengingatkan ada tantangan buat main Winning Eleven di renthal PS-nya Mas Antok ‘Targo’ di Prapatan Sulang. Setelah 1 jam main PS, rasa haus melanda tenggorokan, ah mampir di Angkringan Prapatan saja. Es teh siji mas !
Disitu saya ketemu beberapa muda Sulang, ngobrol ngalor ngidul mbahas banyak hal, beberapa info menarik tentang Sulang dulu dan kini bisa saya dapet dari ngobrol di Angkringan yang asli Solo ini.
Sambil mengobrol saya juga ditawarin udud leletan oleh seorang teman, rokok yang di balur ampas kopi menjadi sebuah senjata ampuh buat gaul anak muda Sulang, ben akrab bossss !!!. Warung Kopi Lelet atau kopi sete banyak di temui seputar Sulang. Missal Kopi Bongod, Kopi mas David, Kopi Cak Neri, Kopi Pilu, Kopi Pak Podho, Kopi Dewi Racun Wak Gopel, Kopi Risa, Kopi Yu Mindik, Kopi Bang Jayman, dan Kopi Kaji Kasdi. Nah nama yang terakhir ini mungkin adalah genre warung kopi tertua di Sulang. Pemiliknya bernama H. Kasdi, kakek berusia 70-an tahun ini telah berjualan sejak tahun 50-an. Warung kopi milik H Kasdi ditata seperti kebanyakan warung kopi yg ada di Sulang, menyulap ruang tamu jadi warung. Dulu mbah Kasdi –sapaan H Kasdi- jualan kopi dan macem macem penganan lainnya, berhubung udah semakin sepuh beliau hanya mampu jualan kopi saja itu pun terpaksa tetap dilakoninya karena keinginan para pelanggan setianya yang rata rata sudah berumur juga. Dari warung sederhana itu, saudara bisa peroleh banyak info, mulai dari info niaga ( blantik memblantik ternak, sepeda, dan apapun yang bisa di perjualbelikan) sampai bahasan politik ala kadarnya, dan jangan kaget kalau para tamu yang datang bicaranya agak keras kayak mau berantem, mungkin karna sama sama agak sudo rungon kali ya ? maklum sampun sepuh mas !
Jalan jalan malem keliling Sulang saya akhiri ketika jalanan sudah mulai sepi, yang tertinggal hanya Angkringan Prapatan, Warung Udhuk Kang Sukir, dan anak anak yang pada bubaran main PS. Jam tangan sudah nunjuk tengah malam, waktunya pulang dan beristirahat.
Semoga malam ini saya mimpi indah tentang Sulang.
Tinggalkan komentar